Jumat, 27 Juli 2018

Gol Dengan Satu Kaki Patah

London, 31 Maret 2010

Pada 31 Maret 2010 kapten Arsenal, Francesc Fabregas mencetak gol ke gawang Barcelona di perempatfinal Liga Champions. Dia melakukannya dengan satu kaki yang telah patah.

Fabregas bergabung dengan Arsenal pada 2003 setelah lima musim bermain di tim akademi Barcelona.
Pada pertandingan itu, Barcelona sebagai penguasa Eropa lebih diunggulkan, tetapi Arsenal berhasil menahan imbang tanpa gol hingga jeda.

Tetapi satu menit babak kedua dimulai, bola lambung menuju garis pertahanan Arsenal berhasil dikuasai Zlatan Ibrahimovic, yang kemudian me-lob bola melewati kiper Almunia di tiang jauh. Kemudian dia mencetak gol kedua pada menit ke-59 setelah berhadapan satu lawan satu dengan Almunia. Tetapi sepuluh menit kemudian Theo Walcott memperkecil kedudukan menjadi 1-2.

Arsenal kemudian gencar melancarkan serangan untuk menyamakan kedudukan, hasilnya ketika bek Barcelona, Carles Puyol melanggar Fabregas di menit ke-85. Fabregas sendiri yang mengambil algojo dan berhasil mencetak gol. Kemudian setelah itu dia mulai pincang dan memegangi kakinya.

Selintas dia kesakitan seperti orang yang tertarik ototnya atau kram. Tetapi setelah dilakukan scan, dinyatakan bahwa pelanggaran yang dilakukan Puyol menyebabkan retak tulang betis di kaki kanannya. Akhirnya dia tidak mampu melanjutkan permainan.

Akibatnya Fabregas harus menepi di pertemuan kedua di mana Arsenal kalah telak 4-1 di Camp Nou.

Di musim selanjutnya dia bertahan di Arsenal sebelum dijual ke Barcelona dengan transfer sebesar £ 29 juta pada 2011. Kemudian dia meninggalkan Barcelona untuk bergabung dengan Chelsea di tahun 2014.

[ig: soccer_remind]

Selasa, 17 Juli 2018

Insiden Ludah Rijkaard Kepada Voller

Milan, 1990

Pada Piala Dunia 1990, Frank Rijkaard meludahi Rudi Voller hingga membuat keduanya mendapatkan kartu merah.

Pada babak 16 besar Piala Dunia 1990, Jerman menghadapi Belanda di Stadion San Siro, Milan. Pemain Jerman, Rudi Voller, dijaga ketat oleh Rijkaard. Aksi Voller yang lincah memaksa Rijkaard mengganjalnya dengan keras sehingga membuatnya mendapatkan kartu kuning.
Tetapi Rijkaard memprotes wasit karena menganggap Voller hanya berpura-pura terjatuh.

Sambil berlari, Rijkaard melakukan aksi tidak terpuji dengan meludahi rambut belakang Voller sehingga membuatnya melakukan protes kepada wasit. Tetapi bukannya mendengar keluhan Voeller, wasit asal Argentina, Juan Carlos Loustau, yang tidak melihat aksi Rijkaard malah memberi pemain Jerman itu kartu kuning karena dianggap memprotes terlalu keras.

Beberapa detik kemudian saat tendangan bebas, Voller mengejar bola yang mengarah ke gawang Belanda, tetapi bola lebih dulu ditangkap kiper Hans Van Breukelen. Secara spontan, Voller melompat guna menghindari tabrakan dengan Van Breukelen. Voller terjatuh dan memegangi kakinya, tetapi kiper Belanda itu mengira Voller melakukan diving agar mendapatkan tendangan penalti.

Saat itu juga Van Breukelen dan Rijkaard menghampiri dan marah kepada Voller dan terjadi cekcok antar mereka. Rijkaard memprovokasi dengan menjewer telinga Voller.
Voller yang tidak terima lalu menepis tangan Rijkaard sehingga terjadi adu mulut.

Striker Jerman, Juergen Klinsmann sempat melerai keributan mereka, tetapi saat itu juga wasit Loustau mengeluarkan kartu merah kepada Rijkaard dan Voller.
.
Ketika Voller berjalan keluar lapangan, Rijkaard kembali meludahi Voeller untuk kedua kalinya lantas berlari ke lorong ruang ganti.

Di pertandingan itu, Jerman berhasil mengalahkan Belanda dengan skor 2-1. Dua gol dari Juergen Klinsmann dan Andreas Brehme membuat Jerman unggul 2-0. Belanda hanya mampu memperkecil kedudukan melalui penalti Ronald Koeman di menit ke-89.

Di akhir turnamen, Jerman yang diarsiteki Franz Beckenbauer berhasil menjadi Juara Dunia untuk ketiga kalinya setelah di final mengalahkan Argentina 1-0 lewat gol tunggal Andreas Brehme.

Senin, 16 Juli 2018

Handball Dari Pemain Bola Voli Pantai

Moskow, 15 Juni 2018

Ivan Perisic berhasil mencetak satu gol ke gawang Perancis di final Piala Dunia 2018.
Tetapi satu golnya tidak mampu membawa Kroasia juara karena harus mengakui keunggulan Perancis dengan skor 4-2

Salah satu gol dari Perancis lahir dari gol penalti Griezmann karena Ivan Perisic menyentuh bola dengan tangannya di kotak penalti.

Soal memainkan bola dengan tangan, bukanlah hal yang baru bagi Ivan Perisic.
Siapa sangka dia adalah atlet voli pantai profesional bagi Kroasia. Dia pernah mengikuti turnamen voli Porec Major yang diselenggarakan oleh FIVB Beach Volley Ball World Tour pada tahun 2017.

Turnamen Porec Major merupakan turnamen resmi voli pantai bagi para pemain profesional yang diselenggarakan oleh FIVB, Federasi Voli Pantai Internasional. .
Perisic yang berpasangan dengan Niksa Dell'Orco harus kalah oleh pasangan asal Amerika Serikat yaitu Casey Patterson dan Theo Brunner di Red Bull Beach Arena.

"Ini (bermain voli pantai) selalu menjadi impian saya. Saya telah bermain voli pantai sejak usia 10 tahun. Saya sangat bergairah dengan permainan ini dan setiap musim panas saya selalu berlatih bersama teman saya di Split."

"Saya ingin berterimakasih kepada semua orang yang telah memberi saya kesempatan untuk bermain bersama pemain voli pantai terbaik di dunia."

"Ini sungguh mengagumkan, meskipun saya kalah", ujar Perisic.

Kemudian sang lawan Perisic, Patterson, yang juga bermain di Olimpiade Rio 2016 menambahkan;

"Sungguh luar biasa bermain melawan Ivan (Perisic), saya berharap bisa bermain hebat dalam sepakbola, seperti dia yang juga hebat bermain voli pantai."

[ig: soccer_remind]

Rabu, 11 Juli 2018

Semifinal Piala Dunia 1990; Air Mata Gazza

Delle Alpi, Turin. 1990

"Air Mata Gazza" menjadi topik utama di berbagai koran di Italia pada tahun 1990. Hingga puluhan tahun setelahnya tetap diingat tiap kali timnas Inggris menghadapi Jerman.

Air mata Paul "Gazza" Gascoigne membanjiri pipinya sesaat setelah dia menerima kartu kuning ketika Inggris dikalahkan Jerman Barat di pertandingan semifinal Piala Dunia 1990. Bahkan air matanya berlanjut ketika pertandingan usai.

Setelah beberapa permainan individu yang brilian melewati dua pemain Jerman Barat, Gazza kehilangan kontrol dengan bola hingga akhirnya melakukan tackle telat kepada Thomas Berthold yang membuatnya mendapatkan kartu kuning.

Gascoigne yang merupakan pemain termuda Inggris di turnamen, tahu konsekuensi atas hukuman pelanggaran itu.
Sebelumnya, dia telah menerima kartu kuning di babak 16 besar ketika melanggar pemain Belgia, Enzo Scifo. Artinya, dia tidak akan bisa bermain di final andai Inggris melaju ke partai puncak.

"Saat saya masih remaja dan bermain di tim muda, tiap malam saya bermimpi untuk bisa bermain di Piala Dunia. Dan di Italia saya meraih mimpi itu."

"Ketika saya mendapatkan kartu kuning, saya tahu semuanya telah berakhir", kenang Gazza.

Pelatih Inggris, Bobby Robson bisa merasakan kesedihan Gazza.

"Hatiku sungguh pilu", kata Bobby.

"Karena saya menyadari, bahwa ini adalah yang terakhir bagi Gascoigne. Ini adalah tragedi untuknya, untuk saya, untuk tim, untuk negara, dan untuk seluruh sepakbola."

"Karena dia terlalu bagus, dia juga hebat di pertandingan istimewa. Semakin besar pertandingannya, semakin baik yang dia dapat."

Rekan setim Gascoigne di Tottenham, Gary Lineker, kemudian tertangkap kamera melakukan gestur ke arah bangku cadangan Inggris ketika dia mencoba menenangkan Gascoigne.

"Saya bahkan tidak menyadari itu (gestur) dilihat oleh orang banyak, tidak terkecuali oleh kamera televisi."

"Saya melihat bibir bawahnya bergetar dan mulai menangis, saya ingin Bobby menyadarinya", kata Lineker.

Gazza terlalu sedih saat itu, tetapi dia menggambarkan kejadian itu di dalam bukunya, Glorious: My World, Football and Me.

"Tiba-tiba saya tidak mendengar apapun", tulisnya.

"Dunia tiba-tiba berhenti saat itu. Mata saya mengikuti gerakan tangannya (wasit), saat masuk ke kantong, kemudian keluar dengan kartu (kuning) itu."

Setelah Inggris kalah dalam adu tendangan penalti, Bobby Robson menenangkan pemain 23 tahun itu.

"Jangan khawatir", kata Bobby.

"Kamu telah menjadi salah satu pemain terbaik di turnamen. Ini adalah Piala Dunia pertamamu."

Tetapi pada kenyataannya, tragedi bagi Gazza bukan hanya saat Inggris kalah dalam adu penalti, tetapi Italia 1990 adalah Piala Dunia pertama dan terakhir bagi Gascoigne. Setelah itu dia tidak pernah lagi memperkuat timnas Inggris di Piala Dunia hingga ia pensiun.

"Saya tidak pernah mendapat kesempatan bermain di Piala Dunia selanjutnya", kata Gascoigne.

"Italia 1990 adalah momen terbaik bagi saya, dan saya tidak ingin momen itu berakhir. Saat itu saya berpikir bahwa kami akan memenangkan Piala Dunia. Sungguh sulit untuk mengingatnya. 'Hari-hari itu.'

Pada akhirnya bukan hanya Gazza yang tidak bisa bermain di partai final, melainkan seluruh pemain Inggris karena kalah adu penalti 4-3 setelah sebelumnya bermain seri 1-1 di waktu 120 menit. Gol Andreas Brehme pada menit ke-59 dibalas oleh Gary Lineker pada menit ke-80.
Di babak tos-tosan dua penendang Inggris, Stuart Pearce dan Chris Waddle gagal mengeksekusi dengan baik. Sementara keempat penendang Jerman Barat berhasil menggetarkan gawang Inggris.

Kemudian FIFA World Football Museum di Zurich memamerkan kartu kuning yang diacungkan oleh wasit Jose Ramiz Wright kepada Gazza.

Selasa, 03 Juli 2018

Kalah Tapi Tetap Membanggakan

Rostov-on-Don, 3 Juli 2018

Mimpi di Rostov-on-Don tidak akan pernah dilupakan oleh Jepang. Mimpi buruk bernama Nacer Chadli yang memupuskan harapan Jepang untuk melaju ke perempat final.

Sempat unggul 2-0 atas Belgia lewat gol Genki Haraguchi (49) dan Takashi Inui (52), Jepang yang bermain efektif takluk oleh gol serangan balik di menit ke-94.
Tiga gol dari Verthongen, Fellaini, dan Chadli membuat para suporter Jepang menangis. Mereka kalah 2-3 atas Eden Hazard cs.

Tetapi yang patut dicontoh oleh suporter lain adalah meski timnasnya kalah secara menyakitkan, seperti biasa para suporter Jepang melakukan hal yang membanggakan, mereka membersihkan sampah-sampah di sekitar tribun seusai pertandingan.

Di Piala Dunia 2014 lalu, mereka juga melakukan hal yang sama meski timnasnya dikalahkan Pantai Gading.

Mereka berjiwa besar dan memiliki kesadaran akan kebersihan stadion. Bahkan, sebagian dari mereka ada yang membersihkan sampah sambil berlinang air mata.

Perilalu suporter Jepang juga dilakukan oleh skuat mereka. Meskipun mereka menangis setelah laga, para pemain Jepang juga merapikan serta membersihkan bangku cadangan dan ruang ganti mereka sebelum meninggalkan lapangan.

Di dalam ruang ganti, mereka juga meninggalkan catatan singkat di sebuah kertas dengan bahasa Rusia yang bertuliskan "Спасибо" [baca: Spasiba] yang artinya "Terima Kasih".
Huge respect for Japan.

[ig: soccer_remind]

Minggu, 01 Juli 2018

Cucchiaio Totti Dan Kemenangan Italia

Amsterdam, 30 Juni 2000

Francesco Totti berbicara kepada rekan setimnya, Luigi Di Biagio sebelum mengambil tendangan cucchiaio, tendangan penalti dengan men-chip bola.

Totti: "Lihatlah, Van Der Sar begitu besar. Aku akan menendang dengan cucchiaio."

Di Biagio: "Apa kamu gila? Ini EURO dan kamu akan melakukan chip?!"

Totti: "Lihat saja..."

Peristiwa ini terjadi di semifinal EURO 2000 saat Italia bersua tuan rumah Belanda. Italia harus bermain dengan 10 orang sejak menit ke-34 setelah Gianluca Zambrotta terkena kartu merah. Frank De Boer dan Patrick Kluivert gagal mengeksekusi penalti di waktu normal. Skor 0-0 berakhir hingga 120 menit dan laga dilanjutkan dengan adu penalti.

Di babak tos-tosan, Italia mencetak dua gol pertama melalui Luigi Di Biagio dan Gianluca Pessotto. Sementara dua penendang pertama Belanda, Frank De Boer dan Jaap Stam gagal.

Francesco Totti yang menjadi eksekutor ketiga Italia berjalan dengan tenang ketika akan mengambil tendangan. Sementara Van Der Sar menyemangati diri sendiri dan meminta dukungan dengan berteriak dan bertepuk tangan ke arah suporter Belanda yang berada di belakang gawang.

Totti kemudian mengambil ancang-ancang. Saat wasit Markus Merk meniup peluit, dia berlari seolah akan menendang bola dengan kencang. Totti melakukan cucchiaio sedikit ke arah kiri, sementara Van Der Sar yang tertipu menjatuhkan diri ke kanan.

Gol indah dan disambut dengan sukacita para pemain, official dan tentu saja suporter Italia. Gol Totti berhasil memperlebar jarak menjadi 3-0.

Patrick Kluivert menjadi penendang ketiga Belanda berhasil memperkecil skor menjadi 3-1. Sementara penendang keempat Italia, Paolo Maldini gagal menaklukkan Van Der Sar sehingga memberi harapan Belanda untuk memperkecil jarak.
Tetapi, penendang keempat mereka Paul Bosvelt, gagal melakukan tugas dengan baik setelah tendangannya berhasil di blok Toldo. Italia 3, Belanda 1.

Italia berhasil melangkah ke final tetapi kalah 1-2 oleh Perancis melalui golden goal David Trezeguet.

[ig: soccer_remind]